Sunday, January 21, 2018

Collateral Beauty (Review) : plot yang nanggung

Sebagai pelanggan setia MNC Vision (dulunya Indovision), HBO berkesempatan menayangkan film perdana di hari Sabtu 20 January 2018 yang tentunya sempat mampir di bioskop-bioskop yaitu berjudul Collateral Beauty. Film ini sebenarnya sudah lama beredar dan bisa kita saksikan di web streaming, itunes atau melalui 'akun-akun' web bajakan yang beredar di dunia maya, namun penulis ingin merasakan sensasi yang berbeda ketika menyaksikan di saluran televisi (alahhh... banyak alasanπŸ˜… ).

Oke oce, kita lanjut ke topik utama.


Collateral Beauty bercerita tentang seorang CEO sebuah perusahaan advertising bernama Howard (diperankan oleh Will Smith) yang sedang mengalami depresi berat setelah meninggalnya satu-satunya anak perempuan 2 tahun yang lalu bernama Olivia. Dampak dari stressnya membuat roda perusahaan semakin tidak jelas dan tidak terarah mengingat Howard adalah pemegang 60 % hak suara di perusahaannya. Setiap hari pun selalu diisi dengan membuat domino, absen di setiap rapat dan membisu ketika ditanya oleh kerabat kantornya. Kehidupan pribadinya pun benar-benar tertutup dimana biasanya hanya terdiam di sebuah taman ataupun di dalam kamar apartementnya.
Ketiga rekannya yang juga sahabat karib (Whit, Claire dan Simon) pun juga sudah frustasi menghadapi kelakuan bosnya. Hal inilah yang membuat mereka ingin merencanakan sesuatu hingga bisa menyelamatkan karirnya dan perusahaannya dari kebangkrutan. Mereka bertiga pun sepakat untuk menyewa seorang detektif pribadi untuk menyelidiki keseharian dan kejiwaan dari CEO tersebut.

Howard bermain domino. Salut sama team kreatif yang buat πŸ‘Œ


Di sela-sela kesendiriannya, Howard diketahui mengirimkan 3 buah surat dan dimasukkan ke kotak pos. Yang anehnya adalah ketiga surat tersebut ditujukan kepada Love (Cinta), Dead (Kematian) dan Time (Waktu). Howard pun seakan-akan bertanya dan berkeluh kesah kepada 3 'hal' tersebut dan mencari jawaban atas tragedy yang menimpanya.
Setelah melalui diskusi dan investigasi, akhirnya ketiga sahabat menyewa 3 orang aktor/aktris untuk berperan sebagai Love(Amy), Dead(Brigitte) dan Time(Raffi). Tujuannya adalah untuk bisa berinteraksi langsung dengan Howard tentang arti dari masing-masing initial, memanipulasi pikiran Howard bahwa mereka adalah nyata dan juga agar bisa melakukan kegiatan perekaman video (secara tersembunyi) tentang kondisi kejiwaan terkini dari Howard sehingga bisa dilaporkan ke dewan management dan para buyer bahwa CEO mereka sedang stress akut. πŸ˜…

ki-ka : Dead, Love, Time


Di plot yang berbeda, Howard juga bertemu dengan kumpulan / komunitas orang-orang yang kehilangan anak mereka dan berkenalan dengan salah satu pendirinya bernama Naomie yang juga kehilangan salah satu putrinya bernama Olivia (upsss...πŸ˜›)

Seiring berjalannya waktu, Love, Dead dan Time berusaha untuk mengingatkan Howard untuk tidak mengabaikan ketiga hal tersebut. Sang CEO pun makin tersudut sehingga membuatnya sedikit memahami pentingnya ketiga komponen kehidupan itu, apalagi ketika menyadari setelah bertemu dengan Naomie. Apakah Howard mendapatkan jawaban yang pasti dari Cinta, Kematian dan Waktu? atau malah terpuruk serta menyalahkan mereka?


Jalan cerita / alur yang dibangun oleh sutradara David Frenkel sedikit responsif dan serba nanggung. Ada beberapa plot yang sebenarnya bisa diuraikan secara mendalam. Seperti misalnya pendeknya cerita mengenai 3 sahabat Howard yang memiliki problem tersendiri dalam hidup masing-masing, ataupun kurangnya pendekatan secara halus sebuah hubungan antara Howard dengan Olivia (hanya ditampilkan adegan video saja), malah hubungan masa lalu antara Howard dan Naomie juga diceritakan sepintas di akhir film. Ceritanya sendiri seakan-akan dipaksakan untuk menyelesaikan masalah utama dari Howard tapi melupakan beberapa side story dari peran lainnya yang justru akan membuat plotnya gemuk dan berbobot.

Akan tetapi kekurangan dari segi cerita tampaknya bisa ditutupi dengan jajaran 'super mewah' dari pemainnya. Selain Will Smith yang berperan sebagai Howard, ada si 'Ross Titanic' Kate Winslet sebagai Claire, si 'best friend Ant Man' Michael Pena sebagai Simon, si 'Old Hulk' Edward Norton sebagai Whit, si 'Elizabeth Swan Pirates' Kiera Knightley  sebagai Amy, kemudian ada Ibu 'Victoria RED' Hellen Mirren sebagai Brigitte dan masih banyak lagi.
Skuad mewah ini bisa dikatakan menutupi kekurangan jalan cerita yang nanggung dengan keampuhan akting luar biasa dari masing-masing karakter. Contoh misalnya bagaimana si Kiera (Amy) begitu mendalami sebagai Love dan memberikan arti dari Cinta yang tidak boleh dilupakan, atau bagaimana sisi depresi yang 'cukup' lumayan dibawakan oleh Will Smith selaku aktor utama.


sisi cerita kedekatan Howard dan Olivia haruslah diceritakan lebih dalam

Tak ada salahnya buat kalian untuk mengisi waktu senggang dengan menonton drama sepanjang 1 jam 37 menit ini. Setidaknya kita bisa memahami bahwa Cinta, Waktu dan Kematian adalah sebuah mata rantai alam yang membuat kita tidak ingin untuk melupakanNYA meski berbagai masalah menghadang.
Ada sebuah kalimat menarik yang menurut penulis sangat patut untuk bisa diresapi :
we're here to connect. Love, Time and Dead. We long for love, we wish had more time and we fear dead.




PS : semua foto bersumber dari imdb website

No comments:

Post a Comment

Daily Blog : short journey in Taipei

Taiwan.. Pertama kali yang terdengar ketika mendengar kata sebuah negara 'Taiwan' adalah sebuah grup idol ternama F4 dan Meteor G...