Saturday, April 14, 2018

Daily Blog : short journey in Taipei

Taiwan..
Pertama kali yang terdengar ketika mendengar kata sebuah negara 'Taiwan' adalah sebuah grup idol ternama F4 dan Meteor Garden. Sebagai anak tahun 2000an, adalah sebuah hal wajar ketika mengetahui kedua komponen tersebut menyeruak kembali ke pikiran dan masih terbayang-bayang hingga sekarang. Wajah polos Barbie Hsu, plus kegantengan Jerry Yan, Vic Chou, Ken Chu dan Vaness Wu adalah sosok-sosok utama untuk para penggila drama mandarin di kala itu. Termasuk penulis sie..

Akhir maret 2018 kemarin, penulis berkesempatan pertama kali berkunjung ke Taiwan. Hanya saja perjalanan ini mungkin bisa dibilang terlalu sebentar dan hanya untuk kunjungan kerja saja. Taipei adalah tujuan utama di negara yang terpisah dari China daratan ini. 
Banyak yang menyangka bahwa, Taiwan adalah bagian dari China atau bisa disebut ROC (Republic of China). Akan tetapi berdasarkan beberapa sumber dan info langsung dari orang Taiwan, negara ini memiliki kedaulatan yang berbeda dengan Tiongkok (ROC). Istilah 'wilayah yang memisahkan diri' menjadi sebuah kalimat trademark tersendiri dari beberapa orang lokal mengenai Taiwan sambil mungkin berharap di masa mendatang, Taiwan benar-benar terpisah secara utuh dari ROC. 

Oke, kita ke topik utama.
Sebagai orang Indonesia yang memiliki passport yang 'tidak terlalu kuat', maka keberangkatan ke Taiwan membutuhkan visa sebagai syarat utama. Karena penulis tinggal di Bali, satu-satunya jalan terdekat adalah di Surabaya dimana terdapat konsulat Taiwan yang berfungsi mengurus segala keperluan administrasi menuju Taiwan. Penulis sendiri sudah mengurus Visa 1 bulan sebelum keberangkatan dan selesai hanya dalam 3 hari saja. Segala requirements sangat mudah dicari di website konsultan Taiwan. Untuk memudahkan pengurusan, penulis sarankan untuk menelpon terlebih dahulu sebagai konfirmasi ulang mengenai persyaratan.

Ada beberapa Airplane yang direkomendasikan jika ingin ke Taiwan. Bisa dengan Eva Air (direct), Hong Kong Express (transit Hong Kong), Singapore Airline (transit singapore) atau China Airlines. Perbedaan tentu saja di harga dan kualitas pelayanan dari masing-masing maskapai. Penulis sendiri akhirnya memilih China Airlines sebagai kendaraan utama menuju Taiwan dengan waktu tempuh sekitar 5 jam (direct). 

Urusan bisnis di Taiwan sendiri hanya 2 malam saja. Sangat singkat dan mungkin bisa dibilang tidak terlalu berasa. Tiba di Taipei sekitar jam 9 malam, penulis kemudian dijemput oleh salah satu staff hotel di Taipei Park Hotel yang terletak di pusat kota. Kualitas dari hotelnya sendiri sangatlah OK dengan pelayanan yang ramah. Meski memang dari segi harga cukup mahal. Untuk tarif 2 malam (per akhir Maret 2018), sekitar USD 275 (include tax). Mungkin karena lokasi atau memang biaya hidup di Taipei mahal jadinya semua harga menyesuaikan seperti itu. 
Setelah urusan check in beres, penulis baru bisa rebahan sekitar jam 10 an malam. Cukup lelah memang, duduk di atas langit sekitar 5 jam an sangat melelahkan secara fisik dan psikis. Tapi begitu melihat empuknya kasur hotel, semua bayang-bayang kelelahan langsung hilang seketika.

hai kasur
Esok paginya, penulis langsung bergerak menuju kantor. Sebelum itu mencoba menikmati sarapan di Hotel yang memang memiliki beragam menu menarik. Sayang sekali, pada saat itu kondisi badan penulis lagi tidak nyaman sehingga tidak terlalu mencicipi semua makanan yang ada. 
Penulis lalu dijemput oleh sebuah taksi lokal (bukan grab or uber) yang sudah dipesan sebelumnya. 

Kantor klient yang dituju di Taipei ini adalah sebuah perusahaan international berbasis Packaging. Tetra Pak adalah pemain lama di bisnis yang sangat menjanjikan ini. Hampir semua minuman yang ada di Taiwan bergantung kepada Tetra Pak sebagai partner packaging. Penulis sangat terkesima ketika melihat display beberapa merk minuman (lokal dan international) yang dipacking oleh perusahaan ini. 

Pekerjaan setengah hari pun kelar, jam 1 siang penulis akhirnya balik ke hotel dengan berbekal 2 obat panadol atas rekomendasi dari klien. Cukup manjur, 2 obat langsung diteguk kemudian tidur sebentar hingga sorenya badan sudah lumayan fit untuk beraktifitas. Tak banyak lokasi yang bisa diexplore oleh penulis selama di Taipei. Berdasarkan informasi, Taipei 101 cukup dekat dengan hotel dan bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Sebagai tambahan, Taipei 101 adalah tower tertinggi di Taiwan dan dulunya sempat menyandang status sebagai bangunan tertinggi di dunia sebelum dikalahkan oleh salah satu bangunan di Qatar (kalau gak salah sie). 

Jalan kaki dari hotel ke Taipei 101 di sore hari sangatlah nyaman dan aman. Penulis akui bahwa kota ini benar-benar bersih, teratur dan terawat. Trotoar difungsikan hanya untuk pejalan kaki dan bukan untuk pedagang, lalu lintas lancar meski kondisi sangatlah padat di kota besar plus kondisi angin yang lumayan kencang adalah gambaran jalanan Taipei di sore hari. Yang paling menakjubkan adalah di semua trotoar terdapat semcam 'blink-blink' (penulis gak tau nama resminya apa) sehingga area ini sedap dipandang mata. 
lalu lintas yang padat tapi rapi


20 menitan jalan kaki pun jadi tidak terasa hingga akhirnya tiba di Taipei 101. Disini banyak terdapat masyarakat lokal dan turis berebut untuk foto ataupun sekedar masuk ke bangunan tersebut. Spot untuk mengambil full bangunan ini pun sudah disediakan oleh pemerintah lokal. Ada beberapa jembatan penyebrangan yang menjadi titik favorit buat para fotographer demi mendapatkan kualitas gambar yang maksimal. 

Taipei 101
Penulis tidak sempat menjelajah lebih detail ke bangunan tertinggi ini, hanya saja selain museum dan restoran, di seputaran Taipei 101 terdapat mall yang bisa kita kunjungi untuk sekedar cuci mata dan mencicipi restoran lokal maupun international. Sebenarnya terdapat sebuah restoran dim sum yang memang mendapat rekomendasi dari Klien dan terletak di area mall, hanya saja antreannya lumayan panjang dan mungkin harganya tidak terjangkau untuk kalangan bawah ala-ala penulis. haha

Malam terakhir di Taipei pun hanya dihabiskan untuk sekedar berjalan menyusuri jalanan Taipei yang memang sangatlah bersih dan rapi sambil berkunjung ke Family Mart hanya sekedar membeli Chatime berbentuk package yang memang tidak kita temui di Indonesia.  

thank you Chatime
Sebenarnya ada beberapa tempat yang direkomendasikan untuk dikunjungi selain Taipei 101, seperti monumen Chiang Kai Shek atau pasar malam Shilin, akan tetapi karena waktu yang sempit, kondisi badan kurang bagus plus gak terlalu bawa uang banyak (haha) maka penulis merasa 1 tempat sangatlah cukup untuk dikunjungi. 
Semoga di lain kesempatan (tentunya setelah memiliki tabungan yang cukup), penulis bisa kembali menjelajah Taiwan hanya untuk urusan Holiday saja. Bukan tak mungkin, siapa tau di jalan bisa bertemu langsung dengan Tao Ming Se. πŸ˜…

Saturday, March 31, 2018

Beautiful Saigon Hotel (Review) : small and simple hotel

Mohon maaf lahir batin buat para pemirsa blog, dimana penulis sempat hiatus beratus -ratus tahun hingga tak sempat menulis dan mengurus tulisan ini. Hiks. ✌

Di blog terbaru ini, penulis akan bercerita mengenai salah satu hotel yang sangat direkomendasikan buat teman-teman sekalian yang ingin traveling ke Vietnam, khususnya di Saigon atau Ho Chi Minh City. Pertama kali penulis  nongol di hotel ini adalah sekitar bulan Maret 2017 hingga terakhir tidur kira-kira bulan January 2018. Saking seringnya, tentu saja staff hotel sangat hafal dengan nama penulis dan akrab.

Terletak di kawasan super padat, ramai dan penuh dengan turis yaitu Bui Vien Street, hotel ini memang menjadi tujuan favorit para traveler asing. Daerah ini mengingatkan penulis pada kawasan Poppies di Kuta Bali, dimana berseliweran (bener gak tulisannya? ) pub, restoran, mini market, dan hotel. Nah di kawasan ini juga sama seperti Poppies. Para pengunjung baik lokal maupun turis akan sangat dimanjakan dengan beberapa pilihan menarik di malam hari. Jika ingin sekedar duduk, minum sambil mendengarkan music bisa ke pub, jika ingin sekedar beli snack bisa ke family mart atau circle K, jika ingin minum kopi bisa ke starbucks dan masih banyak lagi.

papan petunjuk jalan segede gaban

Sebenarnya tidak cukup sulit untuk menemukan hotel ini. Ketika masuk Bui Vien Street, kita bisa melihat papan hotel tersebut. Dari bagian depan atau resepsionis, kesan minimalis dan sederhana tampak menyeruak ke pandangan pengunjung. Terlihat satu meja untuk staff administrasi yang biasanya ditempati oleh Ms. Julie. Beliau berperan dalam pengurusan pemesanan hotel baik itu melalui website atau email langsung. Selain meja, terdapat sofa, kursi, partisi meja resepsionis dan beberapa barang lainnya (yang sangat capek penulis tuliskan disini πŸ˜…). Ketika check in, kita biasanya hanya dilayani 2 orang saja dimana 1 orang sebagai pengantar tamu ke kamar 
area depan yang simple

Sudah isi-isi, bayar, tanya-tanya dan terima kunci, selanjutnya adalah kita melangkah ke kamar. Nah seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa hotel ini sangat kecil dan minimalis, maka tentu saja kamar dan lorong sangatlah sempit. Lift saja hanya terdapat 1 buah dan kemungkinan hanya muat 3 - 4  orang saja πŸ˜…. Menurut penelitian penulis, total kamar yang ada hanyalah sekitar 20 (termasuk untuk family and single room). Jika dikehendaki oleh pengunjung, mereka bisa memesankan kamar di paling atas (lantai 7). Keuntungannya adalah bisa terbebas (sedikit) dari kebisingan musik-musik pub dan cafe di depan hotel πŸ˜€, serta kita akan mendapatkan view yang lumayan dari atas.

Suasana kamar bisa dibilang sangatlah simple sekali. Jika memilih single bed, tentu saja terdapat 1 kasur, meja kecil plus kursi, TV LCD, lemari, safety box dan tentu saja toilet beserta isiannya. 
Kasurnya bisa dibilang lumayan keras buat badan dan kurang empuk. Tapi jika virus ngantuk merajalela, maka hal tersebut tidaklah menjadi masalah. 
kasur yang lumayan keras

meja dan kursi buat kerja plus tempat sampah buat buang kenangan buruk

TV yang tidak pernah dipake πŸ˜ƒ

Breakfast !!
Yup, layanan yang satu ini tentu saja patut diperhatikan buat para tamu ketika memilih sebuah hotel. Apakah terdapat makan pagi? bagaimana rasanya? pelayanan ok? apakah bersih? dsb. Di Beautiful Saigon, area breakfast sangat sedap disisi dekorasi dan tentu saja bersih.  Kita akan disuguhkan oleh 2 menu. Satu adalah menu prasmanan dimana kita bisa ambil di meja yang sudah disediakan. Menariknya, menu tersebut dominan buah-buahan segar, roti dan jajanan ringan. Plus tentu saja minuman standard macam orange, mineral water dan infused water. Menu kedua adalah kita akan diberikan selembar list berisi beragam makanan ala Vietnam dan Western, macam telur ceplok, mie kuah, dsb. 
Saking kecilnya area ini, penulis masih gak kebayang bagaimana jika dalam satu hari semua kamar full dan semua datang barengan di breakfast. Bisa-bisa, yang tidak kebagian meja, harus makan di dalam kamar πŸ˜€
ambil sepuasnya bung !!

dekorasi yang eye catching alias mata yang ditangkap

Selain kamar dan breakfast, area lain macam WIFI access, pelayanan staff dan kebersihan sangat diacungi sepuluh jempol. Komponen tersebut adalah kelebihan lain dari hotel ini. Untuk WIFI, memang penulis akui bahwa di seluruh kawasan Vietnam (baik itu area terpencil) jaringan dan kecepatan sangatlah memuaskan dibanding Indonesia. Mungkin karena IT sector adalah hal yang sangat penting buat penduduk sini. Untuk keramahan staff? sangat bersahabat. Pengalaman ketika penulis ingin pergi ke suatu tempat, salah satu staff hotel menawarkan pemesanan Grab dibanding Taxi yang mahal plus diberikan petunjuk jalan via map dan plusnya lagi dipinjamkan kabel charger iphone buat jaga-jaga. Keren. 

Harga !!
Ada banyak cara untuk memesan sebuah hotel di jaman yang serba canggih ini. Selain melalui web hotelnya langsung, kita bisa menuju ke Agoda, Booking, Tripadvisor, dll. Atau jika ingin cepat, bisa langsung email direct ke Ms. Julie atau bisa langsung telphone. Awalnya penulis memesan via Booking.com, dan ternyata disarankan oleh staff hotel untuk pesan via phone / email karena bakalan dapat harga yang lebih murah 10 USD. 
Pelayanan lainnya tentu saja adalah transport dari hotel ke airport dan sebaliknya. Jika kalian tidak ingin terkena scam pas di Airport atau belum pengalaman di Saigon, penulis menyarankan untuk sekalian book penjemputan ke hotel sehingga lebih aman dan nyaman. Kisaran harga juga standard sekitar USD 10 dengan waktu tempuh sekitar 20-30 menit an. 



OK, segitu saja review singkat nan amatir untuk salah satu hotel tersimple di Ho Chi Minh City yang dirasa bisa untuk dicoba dan direkomendasikan buat para khalayak traveler. 
Mohon maaf jika masih banyak kata-kata dan kalimat yang nyaplir di mata kalian. Semoga tulisan ini bermanfaat buat para pemburu hotel di Vietnam. 
Sampai jumpa di blog selanjutnya

Tuesday, February 13, 2018

Daily Blog : Yogya and Michiko

Pekerjaan sebagai seorang Auditor lapangan memang sangat melelahkan. Tidak hanya lelah fisik tapi lebih ke mental, dimana misi traveling harus benar-benar menguras pikiran dan otak yang hanya ditujukan untuk bekerja.

Sekembali dari Vietnam yang penuh dengan drama, penulis kembali menghadap Airport Bali untuk mengarungi lautan dan langit menuju Yogyakarta. Pekerjaan ini hanya memakan 1 malam 2 hari saja. 
Ingat Yogya, ingat kenangan beserta mantan pacar (yang kini sudah menjadi istri sah😏). Sekitar 3 atau 4 tahun yang lalu, penulis merasakan apa yang dirasakan oleh beberapa pasangan muda yang harus tinggal jauh. Definisi ini bisa diartikan dengan singkatan nama LDR alias Long Distance Relationship. Entah siapa yang memulai istilah ini, tapi memang keadaan yang dirasakan sangatlah berat. Penulis berada di Bali, sedangkan pacar di Yogya dalam misi mengemban kuliah lanjutan. Komunikasi memegang peranan penting kala itu. Telepon dan BBM adalah senjata terkuat dalam memuluskan langkah LDR meski hanya sekedar menanyakan kabar masing-masing dan kegiatan di hari itu. Pernah juga beberapa kali si penulis berangkat ke Yogya sendirian hanya tatap muka dan jalan-jalan untuk mengobati rasa kangen. Bagaimana penulis dan pacar naik motor keliling seputaran kota mengunjungi beberapa tempat makan sambil bersenda gurau adalah gambaran masa lalu yang menyenangkan. Apalagi ditambah biaya hidup disana yang benar-benar beda jauh dengan di Bali. Hanya sekedar makan malam di Angkringan pinggir jalan, berdua menghabiskan sekitar 10 rb an, begitu juga ketika membeli beberapa jajanan dan aneka barang-barang lucu. Hmmm... 

6 dan 7 February adalah waktu yang dihabiskan penulis di Yogya. Tiba sore hari, penulis segera meluncur ke arah hotel yang terletak di area Malioboro. Kawasan ini benar-benar padat karya. Banyak wisatawan lokal dan bule yang membaur jadi satu di jalan ini, entah sekedar foto di papan nama Malioboro ataupun membeli beberapa kaos murah seharga 12500 rupiah. Penulis malam itu berkesempatan tinggal di Hotel Dafam Fortuna Malioboro. Hotelnya cukup bagus dengan penampilan kamar yang bersih, wifi yang kencang plus breakfast yang lumayan enak. Rekomendasi lah buat para traveler yang ingin stay di Yogya. Strategis di kawasan Malioboro dan tidak repot jika ingin mencari makan malam atau sekedar membeli oleh-oleh.

kawasan pedestrian Malioboro yang bersih dan nyaman

Satu malam memang waktu yang sempit dan terbatas. Apalagi buat para traveler yang memang bertujuan untuk business trip. Sehingga sangat tidak memungkinkan untuk mengekslpore tempat-tempat yang dikunjungi. Maybe next time, penulis bisa bercerita banyak mengenai Yogya dan sekitarnya. Yogya memang ngangenin deh. πŸ‘Œ


Sekembali ke Bali, penulis segera mengurus salah satu anggota keluarga bernama Michiko. Kisah si Michiko ini memang sangatlah 'tragis' ala-ala sinetron Indonesia. Dibuang oleh Ibunya dan datang sendiri ke tempat asing dengan kondisi yang sakit plus kurus. Sekitar 4 bulan yang lalu, si Michiko memang secara mengejutkan datang ke rumah penulis. Kala itu, tubuhnya benar-benar cilik (ya iyalah kan masih kecil) dan kurus. Sempat mengalami sakit demam and sembuh, kali ini ada penyakit yang kembali menggerogoti tubuh malangnya. Yup, namanya adalah Demodex. 

Demodex sendiri merupakan salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit. Dampaknya tentu adalah gatal-gatal, bulu rontok dan kulit jadi botak. Kebetulan si Michiko sendiri mengalami kejadian naas ini. 
Serangan Demodex
Nah, hari Sabtu 10 February kemarin, penulis beserta istri mengundang salah seorang groomer ternama di Bali bernama Ari Winatha untuk mengurus si Michiko. Ari sendiri mempunyai sebuah usaha bernama Smile for Dog dimana kita bisa mendaftarkan anjing kita untuk dimandikan, grooming, atau bahkan kita juga bisa menitipkan peliharaan kita ke beliau untuk dirawat sejenak. 
Pagi itu, Pak Ari beserta assistennya memandikan Michiko dengan shampoo khusus. Ternyata metode mandi anjing benar-benar memberikan pelajaran berharga buat penulis, dimana gak hanya badan, tapi juga hingga ke sela-sela kuku juga digosok. Caranya pun seperti agak menggaruk sehingga busa dan shampoo meresap hingga ke kulit. Layak untuk dicoba sie.
Pak Ari berpesan bahwa setiap 3 hari sekali, Michiko harus dimandikan plus diberikan semacam minuman tetes biar menghilangkan parasit dari dalam. Ini semacam ujian buat penulis dan istri, komitmen kami dalam merawat seorang anjing sangatlah diuji, apakah kita bisa menjadikan Michiko gadis cantik atau malah membuatnya menjadi buruk rupa. Jika kita rajin, maka estimasi 1 -2 bulan, demodex hilang dan bulu Michiko kembali hitam mengkilap. Semoga πŸ‘

mandi ala pro

Oke deh, daily blog ini adalah gabungan beberapa kejadian yang sudah terlanjur terekam di otak beberapa waktu yang lalu. Semoga next ada hal-hal lucu yang bisa segera di blog-kan. 
Buat kalian yang kangen Yogya, bisa langsung cek di Air Asia web, lagi ada Air Asia Travel Bazaar (12-18 February 2018). 
Buat kalian yang punya anjing, mohon untuk selalu merawatnya dengan kasih sayang baik masih sehat atau di kala sakit.

Friday, February 2, 2018

Daily Blog : half day in Ho Chi Minh City

Jumat 02 February 2018 yang tidak terlalu panas adalah waktu yang tepat untuk mengeksplore sedikit tempat wisata di kawasan Ho Chi Minh City. Cuaca dan suhu dilaporkan hanya sekitar 24 derajat celcius serta matahari yang masih malu-malu di balik awan. Sebuah gambaran yang pas buat penulis untuk sedikit melangkahkan kakinya keluar dari hotel setelah lelah bekerja di depan laptop selama setengah hari ini. 

Kegiatan hari ini mesti dilakukan dengan berjalan kaki. Menurut sebuah penelitian dan informasi kesehatan, semakin kita sering jalan kaki maka bisa mendapatkan banyak manfaat yang berguna buat badan kita. Selain bisa memperkuat jantung, menurunkan risiko terkena penyakit serta mencegah osteoporosis juga berguna untuk kesehatan dompet. Uang buat perjalanan bisa kalian gunakan untuk keperluan lainnya, misalnya buat beli air mineral (haus jalan jauh), beli jas hujan (jika hujan dijalan) atau beli cilok (jika lapar di jalan) πŸ˜€

Patokan langkahnya adalah berawal dari area Bui Vien dimana saat ini merupakan area tinggal si penulis. Bui Vien bisa dibilang sorganya para backpaker yang ingin mendapatkan penginapan murah dan padat keramaian (mirip Popies atau Legian). 

papan petunjuk biar gak bingung nyarinya

Dari Bui Vien sekitar jam 12 siang dan dengan modal jalan kaki (asumsi si penulis lagi miskin) maka kita bisa meraih beberapa spot ternama yang sangat familiar di daerah Ho Chi Minh City. Informasi ini adalah versi penulis, jadi buat kalian yang ada info tambahan monggo untuk bisa dibantu di kolom komentar. 

Ben Thanh Market
Nah, pasar ini sangatlah terkenal di kalangan pemburu pernak pernik ala Vietnam. Di sini kita bisa mendapatkan berbagai macam barang sebagai souvenir, seperti misalnya baju, kain, tas, dompet, jam, mainan, dsb. Untuk menuju ke sini, kalian cukup berjalan kaki menuju ke  arah barat jalan Le Loi. Tinggal jalan lurus saja maka tibalah di tempat tujuan. Lebih simplenya sie bisa pake Google Maps. Cuman sayangnya adalah di Ben Thanh jam tutupnya hanya sampai jam 7 malam. Jadi buat kalian yang ingin berburu bisa datang sekitar jam 9 atau 10 pagi. Oya, disini juga tentunya kalian bisa tawar menawar (rata-rata dengan VND) dan ada beberapa penjual yang bisa bahasa melayu atau Indonesia disini. 

Ho Chi Minh City Museum
Puas berbelanja (penulis gak belanja !!) , kalian bisa jalan kaki  menuju Ho Chi Minh City museum. Perjalanan yang ditempuh adalah sekitar kurang lebih 8 menit. Disini kalian bisa menemukan sejarah dari Vietnam secara keseluruhan. Bisa dibilang museum ini sangat basic dan standard dari segi penataan ruangan dan informasi yang ditampilkan. Tiket masuk sepertinya kira-kira 50K VND (mohon dikoreksi jika salah). Untuk arah, kalian bisa melihatnya di Google Maps.

Independence Palace
Jika masih kurang puas dengan sejarah Vietnam dan Ho Chi Minh, kalian masih bisa melangkah ke arah tenggara dari museum ini. Istana kemerdekaan ini adalah salah satu simbol lahirnya negara Vietnam dengan ditandai jebolnya pagar istana oleh beberapa tank dari pihak komunis Vietnam Utara. Tanggal 30 April 1975 diperingati sebagai hari lahirnya / reunifikasi antara blok utara dengan blok selatan. Pembahasan mengenai Istana ini akan disajikan di blog terpisah (semoga tidak lupa). Nah untuk masuk kesini dibagi 2 sesi (pagi dan siang). Untuk siang start dari jam 1 hingga jam 4 sore. Tiket masuk seharga 40K VND sangatlah sepadan buat kalian yang ingin mengetahui lebih detail mengenai Istana ini. 
masih kotor di depan, kemungkinan abis ada acara

Ho Chi Minh Statue
Jika sudah bosan dengan sejarah, kalian bisa melakukan aktivitas foto-foto yang historyable di patung mantan president Ho Chi Minh atau di Ho Chi Minh Hall. Letaknya sie gak jauh dari Museum, mungkin kira-kira 8 menit jalan kaki maka kalian sudah sampai. Untuk Hall nya, penulis belum paham apakah pengunjung bisa masuk atau tidak. Tapi di patung yang terletak di depan adalah spot yang menarik untuk difoto (baik sendiri maupun rame-rame). 

Ho Chi Minh Hall
Patung Pak Presiden

Notre-Dame Cathedral Basilica of Saigon
Tujuan menarik lainnya adalah salah satu gereja terbesar di Ho Chi Minh City. Gereja ini dibangun pada masa pendudukan Prancis dan dibangun antara tahun 1863 dan 1880. Lokasinya sangatlah berdekatan dengan Independence Palace (jalan kaki sekitar 5 menit). Untuk penampakannya sangatlah besar dan terdapat sebuah patung Bunda Maria di depan gereja. FYI, di tahun 2005 sempat terjadi kehebohan dimana dilaporkan patung tersebut mengeluarkan air mata !! meski pihak gereja meragukan hal tersebut. Saat ini, kondisi gereja masih dalam renovasi dan akan selesai kira-kira tahun 2019. Jadi para pengunjung tidak bisa masuk ke dalam dan hanya diperbolehkan untuk berfoto di area luar. 

penampakan gereja yang masih tahap renovasi

Saigon Central Post Office
Puas berfoto 3 menit, lanjut ke area sebelahnya yang bernama Kantor Post. Yup, kantor ini sangatlah terkenal dan banyak pengunjung yang mampir kesini. Kantor post ini dibangun antara tahun 1886 dan 1891 pada masa pendudukan Prancis kala itu. Untuk urusan design, dipercayakan kepada Alfred Foulhoux. Tentu saja dulunya tempat ini sangatlah penting dalam dunia komunikasi jarak jauh dimana masih belum mengenal yang namanya telepon. Surat menyurat ke berbagai negara dan dalam negeri adalah salah satu jaringan yang paling kece di jamannya. Kartu pos beserta perangko dijual dengan harga yang terjangkau di dalam kantor pos tersebut. Kita bisa membeli dan mengirimkan langsung sesuai dengan tujuan yang dinginkan. Selain jadi tempat kirim mengirim surat, di sini kita juga bisa temui beberapa toko yang menjual souvenir-souvenir ala Vietnam (kaos, gantungan kunci, tempelan kulkas, kopi, dll) serta bisa berfoto-foto ria. 

Bagian dalam kantor pos dengan lukisan Ho Chi Minh

Capek melangkah hingga menjelang malam, penulis merasa bahwa air segar adalah tujuan yang tepat untuk menghilangkan rasa dahaga di leher pria Indonesia ini. Phuc Long adalah pilihan yang tepat untuk menyegarkan jiwa dan raga. Phuc Long sendiri adalah sebuah tempat minum yang recommend dengan berbagai rasa yang menarik di lidah. Kita bahkan bisa dengan mudah menjumpai store nya di beberapa lokasi dan cukup bersaing dengan Highland atau Starbucks. Menu yang ditawarkan adalah Teh meski ada beberapa menu berupa kopi. Bisa dibilang, Phuc Long lebih fokus di area per-teh-an. Untuk urusan ini, penulis merekomendasikan Milk Tea atau Lemon Black Tea. Akan tetapi kembali untuk urusan rasa adalah masalah personal yang tidak bisa dipaksakan. 

Lemon Black Tea (medim size) 28K VND alias 16K an IDR

Penulis merasa waktu yang dihabiskan di setengah hari jumat ini sangatlah bermanfaat, murah dan segar. Selain tidak perlu keluar uang banyak, juga bisa membuat keluar banyak lemak dan kolesterol jahat yang melanda. Mungkin kalian bertanya-tanya, kok gak ada cerita mengenai makannya? untuk urusan ini gak usah diceritain mengingat penulis saat ini sedang dalam keadaan miskin dan berharap bisa pulang cepat ke Indonesia πŸ˜….

Enam tempat wisata yang ditampilkan di atas adalah pilihan yang tepat buat kalian untuk menjelajah sebuah kota penuh cerita ini. Mohon maaf jika ada kesalahan informasi yang disampaikan mengingat penulis hanyalah manusia biasa yang biasa membuat kesalahan biasa. Jika ada masukan mengenai informasi tempat-tempat di atas, bisa langsung koment aja. Dan jika masih kurang puas, silahkan tanya ke Bu Google ya.
Sekian dulu perjumpaan kali ini.  Semoga informasi yang disampaikan bermanfaat, bermanfaat dan bermanfaat. 


PS : semua foto adalah milik pribadi penulis dan menggunakan smartphone sederhana

Daily Blog : winter and loss in north Vietnam

Winter and Loss.
Musim dingin dan kehilangan adalah dua makna yang baru saja terjadi pada si penulis ganteng ala Dilan ini. Kisah klasik perjalanan ke Utara Vietnam benar-benar memberikan pengalaman berharga sekaligus menyedihkan hingga membekas di sanubari Milea.

Akhir January adalah pilihan yang 'buruk' buat para traveler yang akan berpergian ke bagian utara Vietnam. Seperti kita ketahui, bahwa ada beberapa kawasan / Province Vietnam yang memiliki jenis musim yang berbeda dengan kebanyakan daerah lainnya. Di Hanoi dan bagian area utara lainnya (Tuyen Quang, Thi Nguyen, Ha Giang, dsb) adalah kawasan yang tidak bersahabat buat para manusia bergenre musim panas. Bagaimana tidak, di Winter pun, suhunya bisa mencapai 7-10 derajat celcius. Malah penulis mendapat kabar bahwa di Sa Pa (Provinsi Lao Cai) saat ini terbentang salju. Untuk menuju ke Sa Pa butuh perjalanan darat sekitar 6 jam dari Tuyen Quang. Daerah ini terdapat di perbatasan antara Vietnam utara dan China. 

Kebetulan kala itu, suhunya 'hanya' 9 derajat, jadi si penulis masih tak gentar dalam menjalani pekerjaan yang dilakoni. Kegiatan bekerja yang lebih banyak outdoor ini ternyata memerlukan tantangan yang sangat besar buat penulis. 3 kaos oblong plus 1 kemeja plus satu jaket tipis plus 2 kaos kaki dan tentu saja celana panjang tetap saja tertembus oleh dinginnya angin dari utara ini. Penulis bahkan selama 3 hari di kawasan tersebut tidak mandi (hanya cuci muka dan gosok gigi). Melangkahkan kaki ke lantai hotel adalah sebuah 'langkah berat' yang harus dilalui πŸ˜….

Dinginnya cuaca, membuat pihak klien (lokal) merasa iba dengan kelakuan random dari penulis πŸ˜†. Mr. Chinh (sang bos lokal) berinisiatif mengajak ke sebuah tempat pemandian air hangat di daerah Tuyen Quang dengan tempuh perjalanan darat sekitar 30 menit. Ternyata tempat tersebut tidak seperti yang dibayangkan. Bukan kolam air hangat (seperti yang ada di bayangan penulis), melainkan terdapat beberapa kamar mandi (isi bathup) yang sudah tersedia air hangat dari pegunungan. Jadi istilahnya mandi secara sendiri-sendiri (self service πŸ˜…). Di ketentuan sie tertera bahwa setiap orang maksimal di air hangat sekitar 20-30 menit saja (mengingat dampak dari air hangat jika terlalu lama). Penulis pun hanya leyeh-leyeh di bathup hingga 30 menit tak terasa untuk dilupakan.

Untuk urusan makan, 'Kuah panas' adalah sajian utama di musim winter ini. Banyak rumah makan yang rata-rata menyediakan komposisi yang sama, yaitu sebuah meja kecil segi empat yang dihiasi kompor elektrik plus panci berisi daging, sayur, jamur bahkan ada mie instan. Perpaduan tersebut haruslah lengkap dengan ditemani sebuah bir lokal ala Tuyen Quang. Penulis sudah eneg makan kayak beginian selama 3 hari.  Dari segi rasa mungkin bisa dibilang standard dan tidak terlalu istimewa. 

after battle 
Hari ke-empat, penulis beserta tim rombongan beranjak pergi dari Tuyen Quang menuju ke arah Hanoi. Perjalanan yang dibutuhkan adalah sekitar 3 jam menggunakan mobil. Percuma juga mengharapkan cuaca akan lebih bersahabat, justru sama saja dan bahkan kadang-kadang bisa lebih dingin di malam hari. Saat ini, di Vietnam sedang bersiap-siap menuju Lunar New Year atau bisa dibilang tahun baru cina versi Vietnam. Sebelum Lunar, ada sebuah hari raya bernama Tet yang merupakan salah satu rentetan kegiatan dari New Year tersebut dan mulai berlangsung di awal February (Akhir January). Dalam menyambut Tet, di seputaran Hanoi banyak bertebaran para pedagang yang menjual beragam bunga (penulis hanya tau Sakura Vietnam). Menurut informasi dari translator, setiap province itu berbeda warna bunganya, kalau di Hanoi dominan warna kuning. Yang lebih menarik adalah selama Lunar New Year, semua perusahaan (swasta dan pemerintah), serta sekolah meliburkan diri selama kurang lebih 14 hari. Hal ini tentu menyenangkan buat para penduduk Vietnam dimana mereka bisa merayakan hari raya sambil pulang kampung dan berlibur dalam waktu yang cukup lama. 

Loss
Yup, salah satu kejadian apes dialami penulis adalah ketika tiba di Hanoi setelah 3 jam perjalanan. Dompet dan uang yang sudah ditaruh di tas gendong tiba-tiba raib. Kejadiannya adalah ketika turun dari mobil dan menyebrang menuju hotel. Semua amunisi selama di Vietnam plus kartu-kartu penting dari Indonesia hilang ditelan bumi Hanoi. Meski sudah dicari ke sekitar dan melapor ke polisi tetap saja membuat shock dan lemes pikiran si penulis. Beruntung salah satu team bernama Mr. Tam siap membantu akomodasi hingga pulang ke Indonesia nanti. Beliau sangat iklas dan paham bahwa kesialan dan kehilangan bisa terjadi di mana saja selama traveling. Apalagi ketika berpergian ke luar negeri. Thanks my friend, I will remember your kindness to me while in Hanoi.

Mr. Tran Minh Tam, si penyelamat jiwa dan raga πŸ˜€
Mr. Tam ini orangnya cukup unik. Meski tidak terlalu lancar dalam berbahasa Inggris tapi selalu aktratif dan siap membantu siapa saja yang membutuhkan. Penulis sangat beruntung bisa berpartner dengan mas translator pemegang Iphone X ini. (sambil berharap dikasi hibahan Iphone nya yg lain). 

1 February 2018, penulis sudah berpindah lokasi. Dari musim winter (Hanoi) menuju ke musim Summer (Ho Chi Minh). Perubahan cuaca yang sangat drastis ini sangatlah rawan buat para traveler yang memiliki kondisi tubuh yang masih tidak stabil. Beruntung buat penulis, meski kondisi psikis yang buruk (akibat uang hilang) akan tetapi badan masih tetap fresh dalam menjalani hari selanjutnya. Ho Chi Minh City atau lebih dikenal dengan Saigon adalah kota kedua terbesar di Vietnam. Dengan mengambil nama dari salah satu pendirinya (Ho Chi Minh), kota ini menjelma menjadi kota yang super sibuk dan super macet di mana-mana. Jam berangkat dan pulang kantor adalah waktu terburuk buat para manusia disini, dimana semua jenis kendaraan tumpah ruah di pusat-pusat kota. Mr. Tam sendiri biasanya malah pulang jam 9 atau10 malam, demi menghindari kemacetan di jam-jam sore alias pulang kantor. 
Oya, yang unik di Saigon (atau bahkan di seluruh dunia) adalah baru-baru ini ada promo menarik dari Starbucks, dimana terdapat promo murah untuk produk tertentu. Penulis kurang paham minuman apa yang dihargai sangat murah, akan tetapi ketika mencoba ke Starbucks malam ini terlihat antrean yang super panjang demi menikmati segelas minuman.

Promo 50K VND buat produk tertentu
Denger-denger di Indonesia juga ada promo yaitu sekitar 29K IDR untuk produk tertentu. Jadi, gak usah jauh-jauh ke Indo deh, mending disini (Saigon) aja udh dapat diskon πŸ˜€.

Oks, Sekian dulu lah. Daily blog ini adalah pencampuran dari hari kedua hingga menjelang hari kelima di Vietnam. Penulis saat ini sedang miskin karena uang hilang, jadi buat yang merasa iba, bisa mengirimkan sebagian rejekinya kepada penulis via Western Union. 
Sampai Jumpa di blog selanjutnya yaa. 

Sunday, January 28, 2018

Daily Blog : journey to the north Vietnam

Sebagai seorang pria biasa nan lugu, adalah sebuah kebanggaan apabila si lugu ini menjadi luar biasa dalam dunia per-blogan. 
Kali ini, si pria yang biasa disebut 'si penulis' mencoba untuk menceritakan kesehariannya dalam menghadapi kerasnya kehidupan di muka bumi ini. Tema yang akan diambil adalah ketika si penulis dengan 'sukarela' bekerja di luar negeri demi menafkahi keluarganya. Penulis akan men-challenge dirinya sendiri yaitu membuat Daily Blog dengan bahasa-bahasa yang sederhana namun tak bermakna. 

Alkisah, si penulis yang berdomisili di Bali mendapatkan sebuah 'petunjuk' untuk kembali bekerja di salah satu negara ASEAN yang masih menganut paham komunis. Vietnam adalah nama yang beruntung dikunjungi oleh si penulis. Pekerjaan yang dilakukan tentu tidak sembarang orang bisa melakukannya, hanya individu yang 'rela' menghabiskan otaknya yang sanggup untuk bertahan dan bekerja di tempat ini πŸ’£

28 January, 2018 jam 4 pagi.
Alarm Iphone 5s Gold version berbunyi, menandakan si penulis harus segera bangkit dari kemalasannya demi tidak tertinggal pesawat. Penulis mencoba untuk membuka baju, gosok gigi, cuci-cuci cantik muka dan lap2 basah badan supaya terlihat lebih segar 'KW' ala-ala sudah mandi full. Penulis merasa percuma untuk mandi di suasana dinginnya malam. 
Setelah 'mandi', penulis lalu sembahyang memohon keselamatan dan kesehatan selama perjalanan nanti. Tak lupa juga sedikit meneguk air putih demi kelancaran tenggorokan kering di pagi buta. 

Jam 04.30 pagi.
sebuah telepon berdering dari seorang sopir 'Blue Bird', melaporkan kepada penulis bahwa dirinya sudah siap untuk mengangkut dan melaju menuju bandara. Sebelum berangkat, penulis mengucapkan 'sayonara good bye' kepada sang istri dan sang anjing korengan yang setia. πŸ˜….

Jam 05.30 pagi.
Antrian kounter Check in Air Asia begitu ramai dan padat. Menandakan bahwa maskapai berbudget murah itu akan segera terbang di pagi hari alias penerbangan international awal. Dikarenakan penulis membeli tiket yang mahal alias Premium Flex, maka antriannya tentu berbeda dan sepi. Alhasil hanya dengan 3 menit, proses check in pun berhasil dan bersiap menuju Imigrasi dan Ruang Tunggu.

Nuansa berbeda coba untuk ditampilkan oleh Angkasa Pura dalam meramu dan mempercantik keindahan airport Bali. Pernak-pernik Chinese New Year pun banyak dipajang di beberapa spot tertentu. Baik itu berupa lampion, patung Anjing maupun ornamen-orname berbahan dasar warna merah menyala. 
Kala itu, suasana International masih sepi dari aktivitas penumpang yang lalu lalang. Hanya terlihat beberapa staff restaurant/tempat makan serta para OB yang masih membersihkan beberapa titik kekotoran. 
Year of the Dog

lampion dan teman-temannya

Sepi di jam 5.30

Jam 07.00 pagi pun boarding dan bersiap-siap terbang meninggalkan kampung halaman Bali. Oya, sedikit informasi, tujuan akhir penulis adalah ke Hanoi dengan transit di KL (Kuala Lumpur).
Di pesawat menuju KL, penulis mencoba salah satu menu andalan Air Asia yaitu Nasi Lemak yang kurang lebih sama dengan Nasi Uduk atau Nasi Jinggo di Indonesia. Isinya ya nasi putih pulen, sambal terasi, ikan teri, telur, dan ayam rendang. Dari segi rasa sie kurang lebih lumayan lah, untuk mengganjal pintu perut supaya tidak keroncongan. 

tampak depan si Nasi Lemak

Setibanya di KL,  penulis mencoba untuk mengisi 'kembali' kekosongan perut dengan makan Wantan Soup persembahan dari Noodles. Bisa kalian dapatkan di KLIA 2 area, patokannya adalah di area tengah bawah (persimpangan antara Gate P dan Gate L - kalau gak salah ya). Harganya pun lumayan sekitar 21 an RM dengan tampilan mangkok yang sangat besar dan isi nya kurang lebih setengahnya. Dari segi rasa, lumayan lah (untuk kembali mengganjal perut yang tidak pernah kosong ini πŸ˜…)

Jam 12 bersiap menuju Hanoi. Perjalanan ke arah utara Vietnam sekitar kurang lebih 2,5 jam. Seperti biasa di Air Asia tidak ada hiburan buat pengunjung. So buat kalian yang pengen menghibur diri, cukup membuka laptop (nonton film) atau dengerin music via HP (airplane mode) atau main game via PS Vita / Nintendo Switch. 

Setiba di Hanoi (Noi Bai Airport) kira-kira jam 14.20, penulis mengarah ke kounter Money Exchange (lokasi ada di lantai bawah setelah Imigrasi) untuk melakukan penukaran uang. Mata uang Vietnam adalah Vietnamese Dong (VND) atau bisa kita sebut saja dengan Dong. Untuk ratenya jika dengan USD kira-kira sekitar 22,700 atau 23,000. Hanya saja pada hari ini, ratenya jatuh ke 22,300. Entahlah yang pasti ketika penulis melirik ke money exchange lainnya, ratenya malah ada yang 22,600. Piye iki jal 😞

Nah, kalau ada yang belum tahu, di Hanoi atau daerah utara itu ada 4 musim lho (Spring, Summer, Autumn dan Winter). Di bulan ini, penulis terjebak di Winter alias musim dingin ujan. Ketika  cek di app Weather, suhu sore ini adalah sekitar 13 derajat celcius. πŸ’¦πŸ’§. Sangat-sangat dingin, apalagi ketika melangkah keluar bandara, seketika badan diterjang badai angin dingin (serasa di Jepang nie).
Oya, ada yang menarik ketika tiba di airport, banyak orang lokal lalu lalang dengan atribut bendera mereka (bintang dengan warna merah). Ada yang membawa  bendera, spanduk, bahkan ada yang nekat dengan tato temporer di pipi mereka. Usut punya usut, ternyata ada kegiatan menyambut para pahlawan muda sepakbola Vietnam yang baru tiba dari luar negeri, dimana Vietnam berhasil menjadi runner up turnamen AFC U-23 2018 yang baru saja berlangsung. Sebagai tambahan, AFC U-23 adalah sebuah kompetisi sepakbola yang melibatkan seluruh negara-negara Asia dengan para pemainnya berusia di bawah 23 tahun. Vietnam sendiri berhasil mencatatkan sejarah penting di dunia sepakbola-nya dimana berhasil masuk ke final meski kalah dari Uzbekistan. Wow, congratulation yaaa (btw Indonesia kapan?? πŸ˜‚)

Jam 15.00, penulis akhirnya dijemput oleh sopir menuju ke arah utara lagi yaitu Provinsi Tuyen Quang. Perjalanan darat yang ditempuh adalah sekitar 3 jam (kurang lebih). Di mobil sendiri sudah disiapkan beberapa botol minuman, just in case penulis merasa kehausan. Selama perjalanan, tak banyak pemandangan menarik yang disuguhkan. Hanya saja ketika mendekati tujuan, bukit-bukit kecil terhampar di luar, serasa ingin difoto sebagai kenang-kenangan. Provinsi ini memang berada di seputaran perbukitan / pegunungan, jadi kemungkinan hal itu yang membuat daerah ini menjadi lebih dingin di musim dingin jika dibandingkan dengan beberapa daerah lainnya. 

luar biasa pak

Jam 16.30 sore tibalah di hotel bernama Mai Son Hotel. Lokasinya bisa dibilang di central area dari kota. Gak banyak yang bisa direview, dikarenakan kondisi hotelnya sangatlah standard Vietnam untuk ukuran di kota kecil. Malam harinya pun dijamu oleh salah satu lokal staff disini. Pilihan makanan yang tepat tentunya yang berhubungan dengan kuah or soup. Gak tau nama Vietnamnya, tapi ini semodel shabu-shabu, dimana kita memasak beberapa bahan, dicelupkan hingga hangat lalu disantap. Bahannya kali ini adalah Ikan, Sayur-sayuran, jamur dan mie instan. 
Cukup membuat hangat badan, apalagi porsinya yang sangat pas membuat perut ini semakin membuncit.

terima kasih kawan


Oke, itu saja dulu untuk Day 1. Karena si penulis akan bertugas selama seminggu, maka jangan harap kalo Daily Blog ini akan berlanjut. πŸ˜…
Sampai jumpa di episode-episode selanjutnya 

Friday, January 26, 2018

Game of The Year 2017 (PlayStation.Blog) - Musimnya Horizon Zero Dawn

Setiap akhir tahun, Playstation.Blog mengeluarkan sebuah voting untuk para penikmat blognya khususnya untuk individu yang menamakan diri sebagai seorang 'playstation gamer'. Voting yang dilakukan cukup simple, ada beberapa kategori yang berkaitan dengan game dan para gamer bisa memilih sesuai dengan pilihannya, seperti diantaranya untuk kategori 'Best PS4 Game', 'Best Independence Game', 'Best PS Vita Game', 'Best Multiplayer Game' dan masih banyak lagi. 
Selain untuk game, ada juga voting untuk kategori para 'pemain nyata' yang memang berperan sebagai karakter dalam game tersebut. Namanya adalah 'Best Peformance'.  
Ada voting dari pemirsa gamer ada juga pilihan berdasarkan beberapa editor dari Sony Interactive Entertainment America' atau bisa disingkat SIEA. 


Oya, sebelum lanjut, playstation blog ini sendiri dikelola oleh SIEA sebagai bagian dari Playstation team dari US. Blog/Websitenya sangatlah menarik untuk dikunjungi dimana kita bisa mendapatkan  informasi game terbaru, review, video trailer game dan masih banyak lagi yang berhubungan dengan Playstation. 


Nah di ajang 2017 ini, ada sekitar 18 kategori yang bisa kita vote, setiap kategori terdapat 4 pemenang yang masing-masing diurut berdasarkan nama 'Trophy' ketika kita bermain Playstation. Platinum, Gold, Silver dan Bronze adalah urutan  dari peringkat 1 hingga 4. Menurut informasi dari SIEA sendiri, di tahun ini ada sekitar 1.6 juta votes yang sudah beredar di 18 kategori dengan 150K diantaranya memilih di kategori 'Best PS4 Games'. 


Guerilla Games patut bersuka cita di ajang 'online' ini. Salah satu game terbaiknya 'Horizon Zero Dawn' (HZD) berhasil merebut 9 Platinum Trophy, khususnya di beberapa kategori 'crucial' di kalangan Playstation 4. Seperti 'Best PS4' Game dimana berhasil menyingkirkan Call of Duty WWII, Assassin Creed Origins, kemudian 'Best Art Direction', 'Best Soundtrack',  atau 'Best Story' yang berhasil mengalahkan Uncharted Lost Legacy, serta 'Studio of The Year'. 

Jeng Aloy


Di sisi 'Best Peformance', Horizon juga berjaya dengan Platinum yang mengantarkan Ashly Burch (Aloy)sebagai pemenang. Menyingkirkan nama beken seperti Laura Bailey (Nadine/Uncharted Lost Legacy), Melina Juergens (Senua/Hellblade) dan Claudia Black (Chloe/Uncharted Lost Legacy). Voice act dari Ashly benar-benar menyatu dengan karakter Aloy dan sangat pas. 

Ashly Burch

Kesuksesan HZD sejatinya sudah diduga oleh beberapa voters dan mungkin dari beberapa editor yang sempat mereview dan memberikan ulasan-ulasan game selama tahun 2017. Banyak elemen dari game ini sangat menggugah para gamers untuk mencicipi dan mengeksplore keindahan salah satu game 'open world' terbaik ini. Entah itu dari sisi gameplay, sistem crafting, action, voice actor, graphic bahkan musicnya sudah menjelma menjadi yang terbaik di mata sebagian gamers. Apalagi, di akhir tahun kemarin, Guerilla meluncurkan DLC terbarunya yang berjudul Frozen Wilds dimana kita bisa menjelajah dunia es yang terbentang di wilayah utara. Dengan waktu main sekitar 15 jam, gamers semakin dimanjakan dengan beberapa machine terbaru, misi baru dan senjata baru sehingga membuat komplit isi game HZD ini. 

Untuk kategori lain, beberapa game ternama berhasil memperoleh Platinum berkat kontribusi dari para voter. Seperti misalnya FIFA 18 sebagai 'Best Sports Game', Call of Duty WW II di bagian 'Best Multiplayer',  God of War di pandang sebagai yang terbaik untuk kategori 'Most Anticipated PS4 Title' atau Resident Evil VII yang terseru di kategori 'Best PS VR Experience' 

Ada satu kategori yang menurut penulis adalah kategori yang mungkin bisa dibilang 'antara ada dan tiada'. Yup, itu adalah kategori' Best PS Vita Game'. Di kategori ini, penulis malah kurang paham / tidak tahu dengan nama game yang tertera, seperti Undertale, Ys Origin, Danganroppa. Mungkin para wibu / gamers penyuka game Jepang yang paham πŸ˜€
Semenjak kesuksesan Playstation 4 sebagai konsol yang paling banyak diminati serta makin berkembangnya dunia 'Mobile Game', maka portable PS Vita menjadi 'anak tiri' dari Sony. Tak banyak game-game ternama dari beberapa developer kuat yang sudi untuk mampir di PS Vita. Padahal sebenarnya konsol ini layak untuk bersaing dengan pangsa pasar 'portable game' yang juga menjamur di kalangan umum. Mungkin bisa kita lihat bagaimana inovasi Nintendo Switch yang ternyata berhasil memukau para gamer baru dan lama untuk menambah jajaran gadget gaming nya. 

PS Vita, riwayatmu kini

Yosh, 2017 telah usai dan 2018 sudah berjalan. Semoga di tahun Anjing Tanah ini banyak game-game berkualitas dari Playsation yang semakin memanjakan dan menguras dompet para gamers πŸ˜…




PS : semua gambar disadur dari Google


Sunday, January 21, 2018

Dunkirk (Review) : perang dunia ala Nolan

Dunkirk
Apa yang ada di benak kalian ketika mendengar kata tersebut? bukan hanya tentang sebuah film besutan karya Christopher Nolan di tahun 2017 lalu, tapi juga mengenai sejarah tentang salah satu kisah pertempuran di wilayah eropa yang nantinya akan mengarah ke hasil akhir Perang Dunia II.

Dunkirk atau bisa ditulis Dunkerque adalah sebuah kota pelabuhan di sebelah utara Prancis dan berdekatan dengan negara Belgia (perbatasan). Kota ini mendadak terkenal ketika terjadi sebuah peristiwa perang yang berkaitan dengan WW (World War) II di tahun 1940. Para sejarahwan mengenal dengan sebutan  nama yaitu 'Operasi Dynamo' atau 'Evakuasi Dunkirk'. Kejadian ini bermula ketika invasi tentara NAZI Jerman arahan Hitler menyerang Polandia sekitar tahun 1939. Hal tersebut memicu  gabungan tentara sekutu (Prancis, Inggris, Belgia, Kanada) untuk  menyatakan perang terhadap Hitler dan pasukannya. Di bulan Mei 1940, sekitar 400,000 tentara Inggris diperintahkan untuk membantu Prancis mempertahankan area nya, akan tetapi keputusan tersebut membuat tentara Prancis dan Inggris terjebak / terkepung di pelabuhan Dunkirk dimana di wilayah sekitarnya (darat, udara, laut) sudah dikuasai oleh tentara NAZI. Perdana Menteri Inggris saat itu, Bapak Winston Churchill sempat berkata bahwa kejadian ini adalah sebuah musibah militer yang sangat masif dimana sebagian besar pasukan inti Inggris terjebak di Dunkirk. Hanya sebuah keajaiban yang dibutuhkan Inggris untuk bisa memulangkan ratusan ribu pasukannya dari Dunkirk dan menyebrang lautan dengan selamat.

operation Dynamo. (sumber foto tertera)


Akan tetapi, sebuah keputusan mendadak dan kontroversial dari Hitler lah yang membuat peristiwa Dunkirk ini menjadi mendunia. Secara tiba-tiba, Hitler menghentikan penyerangan tanpa mengetahui maksud dan tujuannya. Padahal tentara NAZI secara logika bisa menghabisi seluruh pasukan sekutu di Dunkirk tanpa tersisa. 
Blunder? ataukah strategi? Entahlah, yang jelas keputusan itu membuat Inggris  memerintahkan segala elemen (hingga para Nelayan lokal) untuk segera menjemput dan membawa pasukan sekutu yang tersisa di Dunkirk untuk menyebrang menuju Inggris.

Heroic? Miracle? bisa jadi, bahkan Bapak Churchill memuji bahwa ini adalah operasi yang mukjizat. Proses evakuasi yang masif kala itu membuat banyak nyawa pasukan Inggris yang terselamatkan. Siapa sangka keputusan Hitler yang men-stop penyerangan Dunkirk membuat kepercayaan diri Inggris dan negara-negara sekutu lainnya semakin besar sehingga bisa menghancurkan rezim NAZI di peperangan selanjutnya.
Nah, kisah evakuasi yang mendunia inilah yang coba diramu, dikembangkan dan diimplementasikan oleh salah satu sutradara ternama Christopher Nolan. Hasil riset tentang sejarah Dunkirk membuat Nolan percaya diri dalam membuat ulang sejarah ini dalam bentuk layar lebar.



Film Dunkirk sendiri dibagi dalam 3 fase, yaitu The Mole (darat), The Sea (laut), The Air (udara). Di setiap fase tersebut terdapat beberapa karakter yang nantinya akan saling berkaitan menjelang akhir cerita. Bagian The Mole terdapat Mas Tommy (diperankan oleh Fionn Whitehead) yang harus survive mencari kapal/perahu untuk menyebrang ke Inggris. Disini mas Tommy akan bertemu dengan Gibson dan Alex yang bahu membahu mencoba untuk berselundup ke kapal dengan cara yang cerdik.

The Mole 


The Sea befokus pada trio penduduk lokal yang dengan sukarela membawa perahunya menyebrangi lautan menuju Dunkirk untuk membawa sisa-sisa tentara Inggris dan Prancis. Mereka adalah Pak Dawson, putranya si Peter dan teman akrabnya si George. Pak Dawson sendiri mempunyai keahlian informasi mengenai jenis-jenis pesawat terbang yang nantinya akan seliweran di area laut.

The Sea


Di bagian udara alias The Air terdapat dua pilot pesawat tempur Farrier (diperankan oleh Tom Hardy) dan Collins. Mereka tentu saja bertugas menghancurkan pesawat-pesawat NAZI yang lalu lalang menuju Dunkirk. Keahlian mereka berdua sangatlah membantu pasukan darat di Dunkirk dalam menghalau serangan udara lawan.

The Air



Secara keseluruhan, Dunkirk lebih berfokus pada cerita heroic evakuasi tentara besaar-besaran menuju Inggris. Ketiga fase di atas adalah gambaran kekuatan masing-masing cerita yang dikembangkan oleh Nolan. Implementasi kota mati (Dunkirk) di awal film, pertempuran udara (air combat) yang lumayan sengit (penulis agak bingung membedakan mana pesawat Jerman dan Inggris πŸ˜…) plus adegan tenggelamnya beberapa kapal adalah sedikit aksi yang ditawarkan oleh sang sutradara Interstellar ini.

Yang sangat disayangkan adalah tidak adanya penggambaran detail dari masing-masing karakter yang ditampilkan di 3 fase tersebut sehingga memberi kesan 'tertutup'. Siapa sebenarnya si Tommy, bagaimana Farier bisa begitu hebat di udara hingga rela tertangkap di area musuh, apa yang melatar belakangi Pak Dawson untuk rela membawa perahunya ke area perang, dan sebagainya. 
Dialog antar pemain pun bisa dibilang minim, sehingga membuat interaksi yang terjadi lebih banyak ditampilkan dengan adegan-adegan 'bisu'. 
Siapa tokoh utamanya? menurut penulis tidak ada. Semua karakter mendapatkan porsi yang hampir seimbang.  Tanpa adanya 'tokoh utama' membuat Nolan memasang jajaran aktor yang buat penulis sangatlah awam / tidak terkenal (apa memang penulis orangnya katrok ya 😏). Yang terkenal tentu saja si Tom Hardy, Harry Styles dan Cillian Murphy. Tom Hardy malah mendapatkan peran yang 'tertutup', sepanjang adegan mukanya selalu ditutupi kain dengan helm pesawat. 

Selain tertutup ada beberapa karakter lain yang dihilangkan dari film ini oleh Nolan yaitu tidak adanya tokoh utama di peristiwa nyata tersebut seperti perdana menteri Churchill dan 'CEO' NAZI Hitler. Keduanya adalah tokoh sentral di balik kejadian ini, dimana Churchill adalah penggagas proses evakuasi ini dan Hitler adalah si antagonis dalam perang dunia II. 

Dimana ada Nolan, disitu ada Hans Zimmer. Duet mereka (sutradara dan komposer) tentu banyak mendapatkan pujian di beberapa film sebelumnya (Batman dan Interstellar). Di Dunkirk, chemistry antara adegan dengan music yang didengarkan sangatlah pas dan bernyawa. No Nolan, no Zimmer.😏

Secara keseluruhan, Nolan lagi-lagi berhasil menghidupkan tagline 'in Nolan we trust'. Tidak banyak percakapan, aksi yang tidak terlalu spektakuler serta jalan cerita yang sederhana dengan 3 fase adalah kekuatan utama dari film ini. Meski terlihat sederhana dan simple untuk ukuran film perang tapi Nolan begitu sempurna dalam memainkan sang 'tokoh utama'.  Yup, dia adalah Dunkirk. 

terjebak gak bisa pulang





PS : foto bersumber dari imdb website

Collateral Beauty (Review) : plot yang nanggung

Sebagai pelanggan setia MNC Vision (dulunya Indovision), HBO berkesempatan menayangkan film perdana di hari Sabtu 20 January 2018 yang tentunya sempat mampir di bioskop-bioskop yaitu berjudul Collateral Beauty. Film ini sebenarnya sudah lama beredar dan bisa kita saksikan di web streaming, itunes atau melalui 'akun-akun' web bajakan yang beredar di dunia maya, namun penulis ingin merasakan sensasi yang berbeda ketika menyaksikan di saluran televisi (alahhh... banyak alasanπŸ˜… ).

Oke oce, kita lanjut ke topik utama.


Collateral Beauty bercerita tentang seorang CEO sebuah perusahaan advertising bernama Howard (diperankan oleh Will Smith) yang sedang mengalami depresi berat setelah meninggalnya satu-satunya anak perempuan 2 tahun yang lalu bernama Olivia. Dampak dari stressnya membuat roda perusahaan semakin tidak jelas dan tidak terarah mengingat Howard adalah pemegang 60 % hak suara di perusahaannya. Setiap hari pun selalu diisi dengan membuat domino, absen di setiap rapat dan membisu ketika ditanya oleh kerabat kantornya. Kehidupan pribadinya pun benar-benar tertutup dimana biasanya hanya terdiam di sebuah taman ataupun di dalam kamar apartementnya.
Ketiga rekannya yang juga sahabat karib (Whit, Claire dan Simon) pun juga sudah frustasi menghadapi kelakuan bosnya. Hal inilah yang membuat mereka ingin merencanakan sesuatu hingga bisa menyelamatkan karirnya dan perusahaannya dari kebangkrutan. Mereka bertiga pun sepakat untuk menyewa seorang detektif pribadi untuk menyelidiki keseharian dan kejiwaan dari CEO tersebut.

Howard bermain domino. Salut sama team kreatif yang buat πŸ‘Œ


Di sela-sela kesendiriannya, Howard diketahui mengirimkan 3 buah surat dan dimasukkan ke kotak pos. Yang anehnya adalah ketiga surat tersebut ditujukan kepada Love (Cinta), Dead (Kematian) dan Time (Waktu). Howard pun seakan-akan bertanya dan berkeluh kesah kepada 3 'hal' tersebut dan mencari jawaban atas tragedy yang menimpanya.
Setelah melalui diskusi dan investigasi, akhirnya ketiga sahabat menyewa 3 orang aktor/aktris untuk berperan sebagai Love(Amy), Dead(Brigitte) dan Time(Raffi). Tujuannya adalah untuk bisa berinteraksi langsung dengan Howard tentang arti dari masing-masing initial, memanipulasi pikiran Howard bahwa mereka adalah nyata dan juga agar bisa melakukan kegiatan perekaman video (secara tersembunyi) tentang kondisi kejiwaan terkini dari Howard sehingga bisa dilaporkan ke dewan management dan para buyer bahwa CEO mereka sedang stress akut. πŸ˜…

ki-ka : Dead, Love, Time


Di plot yang berbeda, Howard juga bertemu dengan kumpulan / komunitas orang-orang yang kehilangan anak mereka dan berkenalan dengan salah satu pendirinya bernama Naomie yang juga kehilangan salah satu putrinya bernama Olivia (upsss...πŸ˜›)

Seiring berjalannya waktu, Love, Dead dan Time berusaha untuk mengingatkan Howard untuk tidak mengabaikan ketiga hal tersebut. Sang CEO pun makin tersudut sehingga membuatnya sedikit memahami pentingnya ketiga komponen kehidupan itu, apalagi ketika menyadari setelah bertemu dengan Naomie. Apakah Howard mendapatkan jawaban yang pasti dari Cinta, Kematian dan Waktu? atau malah terpuruk serta menyalahkan mereka?


Jalan cerita / alur yang dibangun oleh sutradara David Frenkel sedikit responsif dan serba nanggung. Ada beberapa plot yang sebenarnya bisa diuraikan secara mendalam. Seperti misalnya pendeknya cerita mengenai 3 sahabat Howard yang memiliki problem tersendiri dalam hidup masing-masing, ataupun kurangnya pendekatan secara halus sebuah hubungan antara Howard dengan Olivia (hanya ditampilkan adegan video saja), malah hubungan masa lalu antara Howard dan Naomie juga diceritakan sepintas di akhir film. Ceritanya sendiri seakan-akan dipaksakan untuk menyelesaikan masalah utama dari Howard tapi melupakan beberapa side story dari peran lainnya yang justru akan membuat plotnya gemuk dan berbobot.

Akan tetapi kekurangan dari segi cerita tampaknya bisa ditutupi dengan jajaran 'super mewah' dari pemainnya. Selain Will Smith yang berperan sebagai Howard, ada si 'Ross Titanic' Kate Winslet sebagai Claire, si 'best friend Ant Man' Michael Pena sebagai Simon, si 'Old Hulk' Edward Norton sebagai Whit, si 'Elizabeth Swan Pirates' Kiera Knightley  sebagai Amy, kemudian ada Ibu 'Victoria RED' Hellen Mirren sebagai Brigitte dan masih banyak lagi.
Skuad mewah ini bisa dikatakan menutupi kekurangan jalan cerita yang nanggung dengan keampuhan akting luar biasa dari masing-masing karakter. Contoh misalnya bagaimana si Kiera (Amy) begitu mendalami sebagai Love dan memberikan arti dari Cinta yang tidak boleh dilupakan, atau bagaimana sisi depresi yang 'cukup' lumayan dibawakan oleh Will Smith selaku aktor utama.


sisi cerita kedekatan Howard dan Olivia haruslah diceritakan lebih dalam

Tak ada salahnya buat kalian untuk mengisi waktu senggang dengan menonton drama sepanjang 1 jam 37 menit ini. Setidaknya kita bisa memahami bahwa Cinta, Waktu dan Kematian adalah sebuah mata rantai alam yang membuat kita tidak ingin untuk melupakanNYA meski berbagai masalah menghadang.
Ada sebuah kalimat menarik yang menurut penulis sangat patut untuk bisa diresapi :
we're here to connect. Love, Time and Dead. We long for love, we wish had more time and we fear dead.




PS : semua foto bersumber dari imdb website

Daily Blog : short journey in Taipei

Taiwan.. Pertama kali yang terdengar ketika mendengar kata sebuah negara 'Taiwan' adalah sebuah grup idol ternama F4 dan Meteor G...