Tuesday, February 13, 2018

Daily Blog : Yogya and Michiko

Pekerjaan sebagai seorang Auditor lapangan memang sangat melelahkan. Tidak hanya lelah fisik tapi lebih ke mental, dimana misi traveling harus benar-benar menguras pikiran dan otak yang hanya ditujukan untuk bekerja.

Sekembali dari Vietnam yang penuh dengan drama, penulis kembali menghadap Airport Bali untuk mengarungi lautan dan langit menuju Yogyakarta. Pekerjaan ini hanya memakan 1 malam 2 hari saja. 
Ingat Yogya, ingat kenangan beserta mantan pacar (yang kini sudah menjadi istri sah😏). Sekitar 3 atau 4 tahun yang lalu, penulis merasakan apa yang dirasakan oleh beberapa pasangan muda yang harus tinggal jauh. Definisi ini bisa diartikan dengan singkatan nama LDR alias Long Distance Relationship. Entah siapa yang memulai istilah ini, tapi memang keadaan yang dirasakan sangatlah berat. Penulis berada di Bali, sedangkan pacar di Yogya dalam misi mengemban kuliah lanjutan. Komunikasi memegang peranan penting kala itu. Telepon dan BBM adalah senjata terkuat dalam memuluskan langkah LDR meski hanya sekedar menanyakan kabar masing-masing dan kegiatan di hari itu. Pernah juga beberapa kali si penulis berangkat ke Yogya sendirian hanya tatap muka dan jalan-jalan untuk mengobati rasa kangen. Bagaimana penulis dan pacar naik motor keliling seputaran kota mengunjungi beberapa tempat makan sambil bersenda gurau adalah gambaran masa lalu yang menyenangkan. Apalagi ditambah biaya hidup disana yang benar-benar beda jauh dengan di Bali. Hanya sekedar makan malam di Angkringan pinggir jalan, berdua menghabiskan sekitar 10 rb an, begitu juga ketika membeli beberapa jajanan dan aneka barang-barang lucu. Hmmm... 

6 dan 7 February adalah waktu yang dihabiskan penulis di Yogya. Tiba sore hari, penulis segera meluncur ke arah hotel yang terletak di area Malioboro. Kawasan ini benar-benar padat karya. Banyak wisatawan lokal dan bule yang membaur jadi satu di jalan ini, entah sekedar foto di papan nama Malioboro ataupun membeli beberapa kaos murah seharga 12500 rupiah. Penulis malam itu berkesempatan tinggal di Hotel Dafam Fortuna Malioboro. Hotelnya cukup bagus dengan penampilan kamar yang bersih, wifi yang kencang plus breakfast yang lumayan enak. Rekomendasi lah buat para traveler yang ingin stay di Yogya. Strategis di kawasan Malioboro dan tidak repot jika ingin mencari makan malam atau sekedar membeli oleh-oleh.

kawasan pedestrian Malioboro yang bersih dan nyaman

Satu malam memang waktu yang sempit dan terbatas. Apalagi buat para traveler yang memang bertujuan untuk business trip. Sehingga sangat tidak memungkinkan untuk mengekslpore tempat-tempat yang dikunjungi. Maybe next time, penulis bisa bercerita banyak mengenai Yogya dan sekitarnya. Yogya memang ngangenin deh. 👌


Sekembali ke Bali, penulis segera mengurus salah satu anggota keluarga bernama Michiko. Kisah si Michiko ini memang sangatlah 'tragis' ala-ala sinetron Indonesia. Dibuang oleh Ibunya dan datang sendiri ke tempat asing dengan kondisi yang sakit plus kurus. Sekitar 4 bulan yang lalu, si Michiko memang secara mengejutkan datang ke rumah penulis. Kala itu, tubuhnya benar-benar cilik (ya iyalah kan masih kecil) dan kurus. Sempat mengalami sakit demam and sembuh, kali ini ada penyakit yang kembali menggerogoti tubuh malangnya. Yup, namanya adalah Demodex. 

Demodex sendiri merupakan salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit. Dampaknya tentu adalah gatal-gatal, bulu rontok dan kulit jadi botak. Kebetulan si Michiko sendiri mengalami kejadian naas ini. 
Serangan Demodex
Nah, hari Sabtu 10 February kemarin, penulis beserta istri mengundang salah seorang groomer ternama di Bali bernama Ari Winatha untuk mengurus si Michiko. Ari sendiri mempunyai sebuah usaha bernama Smile for Dog dimana kita bisa mendaftarkan anjing kita untuk dimandikan, grooming, atau bahkan kita juga bisa menitipkan peliharaan kita ke beliau untuk dirawat sejenak. 
Pagi itu, Pak Ari beserta assistennya memandikan Michiko dengan shampoo khusus. Ternyata metode mandi anjing benar-benar memberikan pelajaran berharga buat penulis, dimana gak hanya badan, tapi juga hingga ke sela-sela kuku juga digosok. Caranya pun seperti agak menggaruk sehingga busa dan shampoo meresap hingga ke kulit. Layak untuk dicoba sie.
Pak Ari berpesan bahwa setiap 3 hari sekali, Michiko harus dimandikan plus diberikan semacam minuman tetes biar menghilangkan parasit dari dalam. Ini semacam ujian buat penulis dan istri, komitmen kami dalam merawat seorang anjing sangatlah diuji, apakah kita bisa menjadikan Michiko gadis cantik atau malah membuatnya menjadi buruk rupa. Jika kita rajin, maka estimasi 1 -2 bulan, demodex hilang dan bulu Michiko kembali hitam mengkilap. Semoga 👍

mandi ala pro

Oke deh, daily blog ini adalah gabungan beberapa kejadian yang sudah terlanjur terekam di otak beberapa waktu yang lalu. Semoga next ada hal-hal lucu yang bisa segera di blog-kan. 
Buat kalian yang kangen Yogya, bisa langsung cek di Air Asia web, lagi ada Air Asia Travel Bazaar (12-18 February 2018). 
Buat kalian yang punya anjing, mohon untuk selalu merawatnya dengan kasih sayang baik masih sehat atau di kala sakit.

Friday, February 2, 2018

Daily Blog : half day in Ho Chi Minh City

Jumat 02 February 2018 yang tidak terlalu panas adalah waktu yang tepat untuk mengeksplore sedikit tempat wisata di kawasan Ho Chi Minh City. Cuaca dan suhu dilaporkan hanya sekitar 24 derajat celcius serta matahari yang masih malu-malu di balik awan. Sebuah gambaran yang pas buat penulis untuk sedikit melangkahkan kakinya keluar dari hotel setelah lelah bekerja di depan laptop selama setengah hari ini. 

Kegiatan hari ini mesti dilakukan dengan berjalan kaki. Menurut sebuah penelitian dan informasi kesehatan, semakin kita sering jalan kaki maka bisa mendapatkan banyak manfaat yang berguna buat badan kita. Selain bisa memperkuat jantung, menurunkan risiko terkena penyakit serta mencegah osteoporosis juga berguna untuk kesehatan dompet. Uang buat perjalanan bisa kalian gunakan untuk keperluan lainnya, misalnya buat beli air mineral (haus jalan jauh), beli jas hujan (jika hujan dijalan) atau beli cilok (jika lapar di jalan) 😀

Patokan langkahnya adalah berawal dari area Bui Vien dimana saat ini merupakan area tinggal si penulis. Bui Vien bisa dibilang sorganya para backpaker yang ingin mendapatkan penginapan murah dan padat keramaian (mirip Popies atau Legian). 

papan petunjuk biar gak bingung nyarinya

Dari Bui Vien sekitar jam 12 siang dan dengan modal jalan kaki (asumsi si penulis lagi miskin) maka kita bisa meraih beberapa spot ternama yang sangat familiar di daerah Ho Chi Minh City. Informasi ini adalah versi penulis, jadi buat kalian yang ada info tambahan monggo untuk bisa dibantu di kolom komentar. 

Ben Thanh Market
Nah, pasar ini sangatlah terkenal di kalangan pemburu pernak pernik ala Vietnam. Di sini kita bisa mendapatkan berbagai macam barang sebagai souvenir, seperti misalnya baju, kain, tas, dompet, jam, mainan, dsb. Untuk menuju ke sini, kalian cukup berjalan kaki menuju ke  arah barat jalan Le Loi. Tinggal jalan lurus saja maka tibalah di tempat tujuan. Lebih simplenya sie bisa pake Google Maps. Cuman sayangnya adalah di Ben Thanh jam tutupnya hanya sampai jam 7 malam. Jadi buat kalian yang ingin berburu bisa datang sekitar jam 9 atau 10 pagi. Oya, disini juga tentunya kalian bisa tawar menawar (rata-rata dengan VND) dan ada beberapa penjual yang bisa bahasa melayu atau Indonesia disini. 

Ho Chi Minh City Museum
Puas berbelanja (penulis gak belanja !!) , kalian bisa jalan kaki  menuju Ho Chi Minh City museum. Perjalanan yang ditempuh adalah sekitar kurang lebih 8 menit. Disini kalian bisa menemukan sejarah dari Vietnam secara keseluruhan. Bisa dibilang museum ini sangat basic dan standard dari segi penataan ruangan dan informasi yang ditampilkan. Tiket masuk sepertinya kira-kira 50K VND (mohon dikoreksi jika salah). Untuk arah, kalian bisa melihatnya di Google Maps.

Independence Palace
Jika masih kurang puas dengan sejarah Vietnam dan Ho Chi Minh, kalian masih bisa melangkah ke arah tenggara dari museum ini. Istana kemerdekaan ini adalah salah satu simbol lahirnya negara Vietnam dengan ditandai jebolnya pagar istana oleh beberapa tank dari pihak komunis Vietnam Utara. Tanggal 30 April 1975 diperingati sebagai hari lahirnya / reunifikasi antara blok utara dengan blok selatan. Pembahasan mengenai Istana ini akan disajikan di blog terpisah (semoga tidak lupa). Nah untuk masuk kesini dibagi 2 sesi (pagi dan siang). Untuk siang start dari jam 1 hingga jam 4 sore. Tiket masuk seharga 40K VND sangatlah sepadan buat kalian yang ingin mengetahui lebih detail mengenai Istana ini. 
masih kotor di depan, kemungkinan abis ada acara

Ho Chi Minh Statue
Jika sudah bosan dengan sejarah, kalian bisa melakukan aktivitas foto-foto yang historyable di patung mantan president Ho Chi Minh atau di Ho Chi Minh Hall. Letaknya sie gak jauh dari Museum, mungkin kira-kira 8 menit jalan kaki maka kalian sudah sampai. Untuk Hall nya, penulis belum paham apakah pengunjung bisa masuk atau tidak. Tapi di patung yang terletak di depan adalah spot yang menarik untuk difoto (baik sendiri maupun rame-rame). 

Ho Chi Minh Hall
Patung Pak Presiden

Notre-Dame Cathedral Basilica of Saigon
Tujuan menarik lainnya adalah salah satu gereja terbesar di Ho Chi Minh City. Gereja ini dibangun pada masa pendudukan Prancis dan dibangun antara tahun 1863 dan 1880. Lokasinya sangatlah berdekatan dengan Independence Palace (jalan kaki sekitar 5 menit). Untuk penampakannya sangatlah besar dan terdapat sebuah patung Bunda Maria di depan gereja. FYI, di tahun 2005 sempat terjadi kehebohan dimana dilaporkan patung tersebut mengeluarkan air mata !! meski pihak gereja meragukan hal tersebut. Saat ini, kondisi gereja masih dalam renovasi dan akan selesai kira-kira tahun 2019. Jadi para pengunjung tidak bisa masuk ke dalam dan hanya diperbolehkan untuk berfoto di area luar. 

penampakan gereja yang masih tahap renovasi

Saigon Central Post Office
Puas berfoto 3 menit, lanjut ke area sebelahnya yang bernama Kantor Post. Yup, kantor ini sangatlah terkenal dan banyak pengunjung yang mampir kesini. Kantor post ini dibangun antara tahun 1886 dan 1891 pada masa pendudukan Prancis kala itu. Untuk urusan design, dipercayakan kepada Alfred Foulhoux. Tentu saja dulunya tempat ini sangatlah penting dalam dunia komunikasi jarak jauh dimana masih belum mengenal yang namanya telepon. Surat menyurat ke berbagai negara dan dalam negeri adalah salah satu jaringan yang paling kece di jamannya. Kartu pos beserta perangko dijual dengan harga yang terjangkau di dalam kantor pos tersebut. Kita bisa membeli dan mengirimkan langsung sesuai dengan tujuan yang dinginkan. Selain jadi tempat kirim mengirim surat, di sini kita juga bisa temui beberapa toko yang menjual souvenir-souvenir ala Vietnam (kaos, gantungan kunci, tempelan kulkas, kopi, dll) serta bisa berfoto-foto ria. 

Bagian dalam kantor pos dengan lukisan Ho Chi Minh

Capek melangkah hingga menjelang malam, penulis merasa bahwa air segar adalah tujuan yang tepat untuk menghilangkan rasa dahaga di leher pria Indonesia ini. Phuc Long adalah pilihan yang tepat untuk menyegarkan jiwa dan raga. Phuc Long sendiri adalah sebuah tempat minum yang recommend dengan berbagai rasa yang menarik di lidah. Kita bahkan bisa dengan mudah menjumpai store nya di beberapa lokasi dan cukup bersaing dengan Highland atau Starbucks. Menu yang ditawarkan adalah Teh meski ada beberapa menu berupa kopi. Bisa dibilang, Phuc Long lebih fokus di area per-teh-an. Untuk urusan ini, penulis merekomendasikan Milk Tea atau Lemon Black Tea. Akan tetapi kembali untuk urusan rasa adalah masalah personal yang tidak bisa dipaksakan. 

Lemon Black Tea (medim size) 28K VND alias 16K an IDR

Penulis merasa waktu yang dihabiskan di setengah hari jumat ini sangatlah bermanfaat, murah dan segar. Selain tidak perlu keluar uang banyak, juga bisa membuat keluar banyak lemak dan kolesterol jahat yang melanda. Mungkin kalian bertanya-tanya, kok gak ada cerita mengenai makannya? untuk urusan ini gak usah diceritain mengingat penulis saat ini sedang dalam keadaan miskin dan berharap bisa pulang cepat ke Indonesia 😅.

Enam tempat wisata yang ditampilkan di atas adalah pilihan yang tepat buat kalian untuk menjelajah sebuah kota penuh cerita ini. Mohon maaf jika ada kesalahan informasi yang disampaikan mengingat penulis hanyalah manusia biasa yang biasa membuat kesalahan biasa. Jika ada masukan mengenai informasi tempat-tempat di atas, bisa langsung koment aja. Dan jika masih kurang puas, silahkan tanya ke Bu Google ya.
Sekian dulu perjumpaan kali ini.  Semoga informasi yang disampaikan bermanfaat, bermanfaat dan bermanfaat. 


PS : semua foto adalah milik pribadi penulis dan menggunakan smartphone sederhana

Daily Blog : winter and loss in north Vietnam

Winter and Loss.
Musim dingin dan kehilangan adalah dua makna yang baru saja terjadi pada si penulis ganteng ala Dilan ini. Kisah klasik perjalanan ke Utara Vietnam benar-benar memberikan pengalaman berharga sekaligus menyedihkan hingga membekas di sanubari Milea.

Akhir January adalah pilihan yang 'buruk' buat para traveler yang akan berpergian ke bagian utara Vietnam. Seperti kita ketahui, bahwa ada beberapa kawasan / Province Vietnam yang memiliki jenis musim yang berbeda dengan kebanyakan daerah lainnya. Di Hanoi dan bagian area utara lainnya (Tuyen Quang, Thi Nguyen, Ha Giang, dsb) adalah kawasan yang tidak bersahabat buat para manusia bergenre musim panas. Bagaimana tidak, di Winter pun, suhunya bisa mencapai 7-10 derajat celcius. Malah penulis mendapat kabar bahwa di Sa Pa (Provinsi Lao Cai) saat ini terbentang salju. Untuk menuju ke Sa Pa butuh perjalanan darat sekitar 6 jam dari Tuyen Quang. Daerah ini terdapat di perbatasan antara Vietnam utara dan China. 

Kebetulan kala itu, suhunya 'hanya' 9 derajat, jadi si penulis masih tak gentar dalam menjalani pekerjaan yang dilakoni. Kegiatan bekerja yang lebih banyak outdoor ini ternyata memerlukan tantangan yang sangat besar buat penulis. 3 kaos oblong plus 1 kemeja plus satu jaket tipis plus 2 kaos kaki dan tentu saja celana panjang tetap saja tertembus oleh dinginnya angin dari utara ini. Penulis bahkan selama 3 hari di kawasan tersebut tidak mandi (hanya cuci muka dan gosok gigi). Melangkahkan kaki ke lantai hotel adalah sebuah 'langkah berat' yang harus dilalui 😅.

Dinginnya cuaca, membuat pihak klien (lokal) merasa iba dengan kelakuan random dari penulis 😆. Mr. Chinh (sang bos lokal) berinisiatif mengajak ke sebuah tempat pemandian air hangat di daerah Tuyen Quang dengan tempuh perjalanan darat sekitar 30 menit. Ternyata tempat tersebut tidak seperti yang dibayangkan. Bukan kolam air hangat (seperti yang ada di bayangan penulis), melainkan terdapat beberapa kamar mandi (isi bathup) yang sudah tersedia air hangat dari pegunungan. Jadi istilahnya mandi secara sendiri-sendiri (self service 😅). Di ketentuan sie tertera bahwa setiap orang maksimal di air hangat sekitar 20-30 menit saja (mengingat dampak dari air hangat jika terlalu lama). Penulis pun hanya leyeh-leyeh di bathup hingga 30 menit tak terasa untuk dilupakan.

Untuk urusan makan, 'Kuah panas' adalah sajian utama di musim winter ini. Banyak rumah makan yang rata-rata menyediakan komposisi yang sama, yaitu sebuah meja kecil segi empat yang dihiasi kompor elektrik plus panci berisi daging, sayur, jamur bahkan ada mie instan. Perpaduan tersebut haruslah lengkap dengan ditemani sebuah bir lokal ala Tuyen Quang. Penulis sudah eneg makan kayak beginian selama 3 hari.  Dari segi rasa mungkin bisa dibilang standard dan tidak terlalu istimewa. 

after battle 
Hari ke-empat, penulis beserta tim rombongan beranjak pergi dari Tuyen Quang menuju ke arah Hanoi. Perjalanan yang dibutuhkan adalah sekitar 3 jam menggunakan mobil. Percuma juga mengharapkan cuaca akan lebih bersahabat, justru sama saja dan bahkan kadang-kadang bisa lebih dingin di malam hari. Saat ini, di Vietnam sedang bersiap-siap menuju Lunar New Year atau bisa dibilang tahun baru cina versi Vietnam. Sebelum Lunar, ada sebuah hari raya bernama Tet yang merupakan salah satu rentetan kegiatan dari New Year tersebut dan mulai berlangsung di awal February (Akhir January). Dalam menyambut Tet, di seputaran Hanoi banyak bertebaran para pedagang yang menjual beragam bunga (penulis hanya tau Sakura Vietnam). Menurut informasi dari translator, setiap province itu berbeda warna bunganya, kalau di Hanoi dominan warna kuning. Yang lebih menarik adalah selama Lunar New Year, semua perusahaan (swasta dan pemerintah), serta sekolah meliburkan diri selama kurang lebih 14 hari. Hal ini tentu menyenangkan buat para penduduk Vietnam dimana mereka bisa merayakan hari raya sambil pulang kampung dan berlibur dalam waktu yang cukup lama. 

Loss
Yup, salah satu kejadian apes dialami penulis adalah ketika tiba di Hanoi setelah 3 jam perjalanan. Dompet dan uang yang sudah ditaruh di tas gendong tiba-tiba raib. Kejadiannya adalah ketika turun dari mobil dan menyebrang menuju hotel. Semua amunisi selama di Vietnam plus kartu-kartu penting dari Indonesia hilang ditelan bumi Hanoi. Meski sudah dicari ke sekitar dan melapor ke polisi tetap saja membuat shock dan lemes pikiran si penulis. Beruntung salah satu team bernama Mr. Tam siap membantu akomodasi hingga pulang ke Indonesia nanti. Beliau sangat iklas dan paham bahwa kesialan dan kehilangan bisa terjadi di mana saja selama traveling. Apalagi ketika berpergian ke luar negeri. Thanks my friend, I will remember your kindness to me while in Hanoi.

Mr. Tran Minh Tam, si penyelamat jiwa dan raga 😀
Mr. Tam ini orangnya cukup unik. Meski tidak terlalu lancar dalam berbahasa Inggris tapi selalu aktratif dan siap membantu siapa saja yang membutuhkan. Penulis sangat beruntung bisa berpartner dengan mas translator pemegang Iphone X ini. (sambil berharap dikasi hibahan Iphone nya yg lain). 

1 February 2018, penulis sudah berpindah lokasi. Dari musim winter (Hanoi) menuju ke musim Summer (Ho Chi Minh). Perubahan cuaca yang sangat drastis ini sangatlah rawan buat para traveler yang memiliki kondisi tubuh yang masih tidak stabil. Beruntung buat penulis, meski kondisi psikis yang buruk (akibat uang hilang) akan tetapi badan masih tetap fresh dalam menjalani hari selanjutnya. Ho Chi Minh City atau lebih dikenal dengan Saigon adalah kota kedua terbesar di Vietnam. Dengan mengambil nama dari salah satu pendirinya (Ho Chi Minh), kota ini menjelma menjadi kota yang super sibuk dan super macet di mana-mana. Jam berangkat dan pulang kantor adalah waktu terburuk buat para manusia disini, dimana semua jenis kendaraan tumpah ruah di pusat-pusat kota. Mr. Tam sendiri biasanya malah pulang jam 9 atau10 malam, demi menghindari kemacetan di jam-jam sore alias pulang kantor. 
Oya, yang unik di Saigon (atau bahkan di seluruh dunia) adalah baru-baru ini ada promo menarik dari Starbucks, dimana terdapat promo murah untuk produk tertentu. Penulis kurang paham minuman apa yang dihargai sangat murah, akan tetapi ketika mencoba ke Starbucks malam ini terlihat antrean yang super panjang demi menikmati segelas minuman.

Promo 50K VND buat produk tertentu
Denger-denger di Indonesia juga ada promo yaitu sekitar 29K IDR untuk produk tertentu. Jadi, gak usah jauh-jauh ke Indo deh, mending disini (Saigon) aja udh dapat diskon 😀.

Oks, Sekian dulu lah. Daily blog ini adalah pencampuran dari hari kedua hingga menjelang hari kelima di Vietnam. Penulis saat ini sedang miskin karena uang hilang, jadi buat yang merasa iba, bisa mengirimkan sebagian rejekinya kepada penulis via Western Union. 
Sampai Jumpa di blog selanjutnya yaa. 

Daily Blog : short journey in Taipei

Taiwan.. Pertama kali yang terdengar ketika mendengar kata sebuah negara 'Taiwan' adalah sebuah grup idol ternama F4 dan Meteor G...